Selasa, 10 Februari 2009

Ketobong Keramat

Riau - Indonesia
Ketobong Keramat
Rating : Rating 0 0 (0 pemilih)

Ketobong atau yang sering juga disebut dengan kendang (gendang) adalah salah satu alat musik tradisional yang terdapat di Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau, Indonesia. Saat ini, alat musik tersebut sudah jarang ditemukan, karena bahan baku pembuatannya semakin langka. Bahan dari alat musik tradisional ini adalah kulit kayu khusus, yang hanya bisa diperoleh di daerah Sorek, Kabupaten Pelalawan. Kulit kayu tersebut semakin sulit diperoleh akibat penebangan hutan secara besar-besaran di daerah itu. Alat musik ini merupakan warisan budaya Melayu Riau yang sangat berharga dan perlu dipelihara dan dikembangkan, karena ia memiliki fungsi dan nilai yang sangat penting bagi masyarakat setempat. Konon pada zaman dahulu, ketobong tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, melainkan juga berfungsi untuk menyembuhkan orang sakit. Para bomo sering menggunakan ketobong sebagai alat untuk mengobati orang sakit. Pada saat itu, ketobong yang mereka gunakan bukanlah ketobong sembarangan, melainkan ketobong yang memiliki nilai-nilai magis yaitu kekuatan sakti.

Di daerah Pelalawan, tepatnya di hulu Sungai Selempayan, pernah terjadi suatu peristiwa ajaib yang dikenal dengan Ketobong Keramat. Dikatakan ketobong keramat, karena jika terjadi hujan panas terdengar suara ketobong di sungai itu. Oleh karena itu, mereka yang tinggal di sekitar daerah itu menganggap bahwa Sungai Selempayan termasuk sungai yang berpuaka (berhantu). Mereka memercayai bahwa sungai itu dijaga oleh orang bunian, yang bernama Bomo Sakti. Sekali-sekali ia menjelma menjadi manusia. Keberadaan orang hunian di Sungai Selempayan itu dikaitkan dengan sebuah cerita rakyat yang sampai saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Pelalawan yang dikenal dengan cerita Ketobong Keramat. Dalam cerita ini dikisahkan seorang bomo yang hidup miskin dan suka menolong, yang bernama Bomo Sakti. Meskipun telah banyak menyembuhkan orang sakit, ia tidak pernah meminta bayaran sedikit pun. Suatu hari, berita kepandaiannya mengobati orang sakit sampai ke telinga raja Pelalawan yang memerintah saat itu. Maka diangkatlah ia menjadi bomo resmi kerajaan. Sebagai seorang bomo, ia hanya boleh mengobati orang yang sakit. Ia tidak boleh mengobati orang yang sehat, apalagi menghidupkan orang yang sudah meninggal dunia. Jika ia melanggar larangan dari gurunya itu, maka hidupnya akan teraniaya. Suatu ketika, Bomo Sakti diminta oleh Baginda Raja untuk menghidupkan kembali putrinya yang meninggal dunia. Bersediakah Bomo Sakti memenuhi titah Baginda Raja? Lalu, apa yang akan terjadi pada Bomo Sakti jika ia melanggar larangan gurunya itu? Ikuti kisahnya dalam cerita Ketobong Keramat berikut ini.

* * *

Alkisah pada zaman dahulu kala, di negeri Pelalawan berkuasalah seorang raja yang dikenal sebagai Raja Pelalawan. Penduduknya hidup tenteram, sejahtera dan rukun. Namun, di antara penduduk tersebut, terdapat seorang laki-laki setengah baya yang hidup sangat miskin. Meskipun miskin, ia gemar menolong orang lain. Setiap hari ia pergi menajuh di Sungai Selempaya yang mengalir di negeri itu. Dari hasil menangkap ikan itulah ia bisa menghidupi istri dan anak-anaknya.

Selain menangkap ikan, si Miskin itu memiliki kepandaian mengobati orang sakit. Kepandaiannya itu ia gunakan untuk menolong setiap orang yang datang kepadanya. Karena ia suka menolong orang sakit, maka ia pun dipanggil Bomo Sakti (Tabib Sakti). Ia sangat pandai mengambil hati masyarakat. Jika ada orang membutuhkan pertolongannya, ia tidak pernah menolak. Selain itu, ia juga tidak pernah meminta bayaran atas bantuan yang telah diberikannya. Sifatnya yang rendah hati itu, membuat masyarakat di negeri Pelalawan senang kepadanya. Berbeda dengan bomo-bomo lainnya, mereka memiliki sifat angkuh. Untuk setiap obat yang diberikan kepada orang sakit, ia selalu meminta bayaran yang sangat tinggi dan selalu menolak apabila dimintai pertolongannya oleh orang miskin.

Suatu hari, kepandaian Bomo Sakti mengobati orang sakit itu terdengar oleh Raja Pelalawan. Maka diutuslah dua orang pengawal istana untuk menjemput Bomo Sakti untuk dibawa ke istana. Sesampainya di hadapan raja, Bomo Sakti langsung memberi hormat, “Ampun Baginda Raja! Ada apa gerangan Baginda memanggil saya menghadap?” tanya Bomo Sakti penasaran. “Wahai Bomo Sakti! Aku sudah mendengar tentang kepandaian kamu mengobati orang sakit. Bersediakah kamu aku angkat menjadi bomo di istana ini?” tanya Baginda Raja kembali. “Ampun beribu ampun, Baginda! Saya ini hanya orang miskin dan bodoh. Tuhanlah yang menyembuhkan mereka, saya hanya berusaha melakukannya,” jawab Bomo Sakti merendah. Baginda Raja pun mengerti kalau Bomo Sakti menerima tawarannya itu dengan bahasa yang sangat halus. Akhirnya, Bomo Sakti pun diangkat menjadi bomo resmi di Kerajaan Pelalawan. Sejak itu, Bomo Sakti semakin terkenal hingga ke berbagai negeri. Kehidupan keluarganya berangsur-angsur menjadi makmur. Meskipun namanya sudah terkenal di mana-mana, Bomo Sakti tetap bersikap rendah hati. Ia masih mengerjakan pekerjaannya yang dulu yaitu pergi menangkap ikan di sungai Selempaya.

Suatu waktu, Baginda Raja memanggil Bomo Sakti menghadap kepadanya. Setelah Bomo Sakti menghadap, Baginda Raja pun berkata, “Wahai Bomo Sakti, sudah lama aku menginginkan anak. Aku sudah mendatangkan bomo dari berbagai negeri, namun belum ada yang berhasil. Untuk membuktikan kesetiaanmu padaku, aku berharap kamu mau mengobati permaisuriku agar kami bisa mendapatkan keturunan,” pinta Raja Pelalawan dengan penuh harapan. Karena permintaan raja, Bomo Sakti tidak bisa menolak. “Hamba akan berusaha, Baginda! Semoga Tuhan Yang Mahakuasa mengabulkan keinginan Baginda,” jawab Bomo Sakti dengan rendah hati.

Setelah itu, Bomo Sakti pun mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Dengan takdir Tuhan Yang Mahakuasa, usahanya berhasil. Beberapa hari setelah diobati, permaisuri pun mengandung. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, genaplah 9 bulan kandungan permaisuri. Maka lahirlah seorang putri yang cantik jelita. Sejak itu, semakin masyhurlah nama bomo yang sakti itu. Raja dan permaisuri serta seluruh penduduk negeri Pelalawan sangat senang dan gembira menyambut kelahiran sang Putri kecil yang cantik itu. Akan tetapi, Bomo Sakti yang telah berhasil mengobati sang permaisuri justru merasa menyesal, karena telah melanggar larangan yang pernah ditetapkan oleh gurunya. Larangan tersebut adalah ia tidak dibenarkan mengobati orang yang sehat dan orang yang sudah mati. Jika ia melanggar larangan itu, hidupnya akan teraniaya. Jika berladang, padinya takkan berisi. Jika mencari ikan, takkan dapat. Jika berlayar, angin berhenti. Jika beternak, takkan berkembang biak. Oleh karena itu, ia berniat untuk berhenti menjadi bomo. Akan tetapi, jika ia berhenti begitu saja, tentu Baginda Raja akan murka kepadanya. Ia pun kemudian mencari akal bagaimana caranya agar ia bisa berhenti menjadi bomo tanpa membuat Baginda Raja merasa kecewa.

Setelah beberapa lama berpikir, Bomo Sakti pun menemukan cara yang baik. Keesokan harinya, ia mengutarakan isi hatinya kepada Raja Pelalawan. “Ampun, Baginda Raja! Bukannya hamba tidak hormat terhadap titah Baginda. Tadi malam hamba bermimpi bertemu dengan seorang kakek. Ia menyuruh hamba berhenti menjadi bomo. Jika hamba tidak menuruti perkataan kakek itu, maka keluarga hamba akan teraniaya,” cerita Bomo Sakti pada Raja. Mendengar cerita Bomo Sakti, Baginda Raja bisa memakluminya. “Baiklah, Bomo Sakti. Aku rela kamu berhenti menjadi bomo kerajaan ini,” jawab Baginda Raja tersenyum. Sejak saat itu, Bomo Sakti resmi berhenti menjadi bomo. Penduduk negeri pun tidak lagi datang untuk meminta bantuannya. Bomo Sakti kembali menjalani hidupnya sebagai penajuh untuk menghidupi keluarganya.

Seiring dengan berjalannya waktu, sang Putri pun sudah berumur lima belas tahun. Sebagai anak satu-satunya, sang Putri sangat disayangi oleh Baginda Raja dan permaisuri. Ke mana pun ia pergi selalu dikawal oleh puluhan dayang-dayang. Suatu hari, sang Putri jatuh sakit keras. Penyakitnya semakin hari semakin parah. Sudah puluhan bomo didatangkan dari berbagai negeri, namun belum ada seorang pun yang bisa menyembuhkan sang Putri. Baginda raja dan permaisuri semakin cemas melihat kondisi putrinya yang semakin lemas. Dalam suasana cemas itu, tiba-tiba Baginda Raja teringat dengan Bomo Sakti yang pernah dilantiknya sebagai bomo resmi kerajaan lima belas tahun yang lalu. Maka diperintahkannya beberapa pengawal untuk mencari Bomo Sakti itu. Sudah berhari-hari pengawal istana mencari Bomo Sakti, namun tak kunjung mereka temukan. Karena terlalu lama menahan sakit, akhirnya dengan kehendak Tuhan Yang Mahakuasa, meninggallah Putri Kerajaan Pelalawan tersebut. Tersebarlah berita kematian sang Putri hingga ke seluruh pelosok Negeri Pelalawan. Baginda Raja sangat sedih dan menyesal, karena Bomo Sakti yang sangat diharapkan untuk menyembuhkan putrinya tidak pernah datang.

Melihat putri tunggalnya telah meninggal, Baginda Raja segera mengutus beberapa pengawal untuk mencari Bomo Sakti yang selama ini belum berhasil ditemukannya. Malam itu juga dengan susah payah pengawal istana berhasil menemukan Bomo Sakti di sebuah pondok dekat sungai Selempaya. Karena Baginda Raja yang memanggil, maka berangkatlah Bomo Sakti ke istana. Sesampainya di istana, Raja berkata, “Hai Bomo Sakti, hidupkanlah kembali putriku ini. Buktikanlah kesetiaanmu sekali lagi kepadaku. Jika kamu menolak permintaanku, maka kamu dan keluargamu akan aku pancung di depan orang ramai.” Mendengar ancaman Baginda Raja, Bomo Sakti pun menjadi ketakutan. Demi keselamatannya dan keluarganya, terpaksalah ia menuruti kehendak rajanya. Saat itu juga Bomo Sakti segera mempersiapkan perlengkapan untuk upacara pengobatan yang belum pernah dilakukannya.

Bomo Sakti mulai menyalakan puluhan lilin dan memasangnya di seluruh sudut istana. Kemudian membakar kemenyan hingga baunya menyebar ke seluruh ruangan. Semua yang hadir di tempat itu harus diam di tempat masing-masing. Sambil membaca doa, Bomo Sakti menepungtawari sang Putri yang sudah meninggal itu. Setelah itu, ia pun memukul ketobong sambil mengucapkan doa. Tubuhnya mulai mengeluarkan keringat, setiap kali ia memukul ketobongnya tampak ketobong itu seperti berapi-api. Setelah hampir dua jam lamanya ia memukul ketobongnya sambil membaca doa, selubung yang menutupi sang Putri tiba-tiba bergerak. Semua orang yang melihat kejadian itu sangat kagum bercampur rasa takut. Tak lama, terdengar sang Putri bersin. Kemudian sang Putri duduk, seolah-olah baru bangun tidur. Akhirnya, sang Putri pun hidup kembali.

Baginda Raja dan permaisuri sangat senang atas hidupnya kembali putri tunggalnya itu. Sebaliknya, Bomo Sakti merasa sangat menyesal menghidupkan kembali sang Putri. Ia pun segera kembali ke perahunya yang tertambat di tepi sungai. Sambil mengayuh perahunya meninggalkan Kerajaan Pelalawan, Bomo Sakti menangis karena telah melanggar larangan gurunya yang kedua kalinya. Tengah mengayuh perahunya, ia melihat pengawal istana sedang mengejarnya di belakang. Tak lama, ia mendengar suara teriakan dari arah perahu itu. “Hai Bomo Sakti! Tungguuu…tungguuu…! Baginda Raja memanggilmu kembali ke istana!” teriak seorang pengawal. Bomo Sakti terus saja mengayuh perahunya. Ia tidak menghiraukan suara teriakan itu.

Setelah sampai di muara sungai, perahu Bomo Sakti tiba-tiba berhenti. Tak lama kemudian, perahu pengawal pun menyusul dan mendekati perahu Bomo Sakti. Sebelum turun dari perahunya, Bomo Sakti berpesan kepada pengawal istana yang mengejarnya. “Hai Pengawal, sampaikan kepada rajamu, perintahnya telah saya laksanakan, hingga saya harus melanggar perintah guru saya. Saya bersumpah tidak akan menginjak bumi Pelalawan ini selagai saya masih hidup,” tegas Bomo Sakti kepada pengawal. Setelah itu, ketobong yang digunakan untuk menyembuhkan sang Putri dibuangnya ke dalam sungai. Ketika ketobong itu dibuang, tiba-tiba air sungai menjadi berombak. Pada saat itu pula, Bomo Sakti melompat ke darat sambil berteriak, “Jika kalian sampai di Pelalawan, sampaikan salamku kepada istri dan anak-anakku. Katakan kepadanya, jika mereka ingin bertemu denganku, suruh mereka datang ke Selempaya setiap hari Jumat pagi.” Setelah ia berpesan, tiba-tiba ombak kembali menjadi tenang. Namun, dari dalam air terdengar bunyi ketobong seperti dipukul orang. Bomo Sakti pun menghilang dan tak pernah kembali.

Sejak peristiwa itu, masyarakat setempat mempercayai bahwa Bomo Sakti masih hidup sebagai orang hunian (makhluk halus). Masyarakat yang menajuh di Sungai Selempaya sering melihatnya dalam wujud seperti manusia biasa. Konon, hingga kini apabila terjadi hujan panas, sering terdengar bunyi ketobong di sungai itu.

* * *

Cerita di atas termasuk ke dalam cerita teladan yang memiliki nilai-nilai moral yang patut dijadikan sebagai pedoman. Nilai-nilai moral tersebut di antaranya sifat suka menolong, ikhlas, rendah hati dan rela berkorban,. Sifat-sifat tersebut tercermin pada perilaku Bomo Sakti. Ia gemar menolong orang yang membutuhkan pertolongannya, meskipun tidak diminta. Setiap orang yang ditolongnya, tidak pernah ia mintai bayaran sebagai imbalan atas bantuan yang ia berikan. Sifat kerendahan hatinya tergambar ketika orang-orang yang datang meminta bantuannya tidak pernah ditolaknya. Ia juga rela mengorbankan kepentingan keluarganya demi kepentingan rajanya. Selain sifat-sifat tersebut, cerita di atas juga mengandung sebuah nilai yang tidak baik untuk diteladani, yaitu sifat egois. Sifat ini tercermin pada perilaku Raja Pelalawan yang selalu memaksakan kehendaknya terhadap Bomo Sakti. Jika Bomo Sakti tidak melakukan permintaan sang Raja, ia dan keluarganya diancam akan dihukum pancung di depan khalayak ramai.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Sebagian besar manusia yang hidup di dunia ini lebih mementingkan dirinya sendiri dari para orang lain. Orang yang memiliki sifat seperti ini, biasanya tidak suka menolong orang lain. Mereka umumnya egois, kikir alias tidak dermawan. Jika mereka memiliki harta benda yang melimpah dan pengetahuan yang tinggi, mereka tidak mau membagikannya kepada orang yang membutuhkannya. Kita bisa berpedoman sifat Bomo Sakti, meskipun hidup miskin, ia tetap saja dermawan. Namun, bukanlah harta yang ia berikan, melainkan pengetahuan atau kepandaiannya mengobati. Karena sifat kedermawanan tersebut, sehingga ia mendapat imbalan yang banyak yaitu diangkat menjadi bomo istana. Sejak itu, kehidupan ekonomi keluarganya menjadi makmur.

Dalam ajaran agama Islam disebutkan bahwa barang siapa yang suka menolong orang lain dengan ikhlas, niscaya dia akan ditolong oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. (Hadis Riwayat Muslim).

Pesan yang disampaikan dalam hadis di atas sangatlah mulia. Oleh karena itu, pesan tersebut perlu dicamkan dalam hati dengan baik-baik. Allah SWT akan senantiasa menolong orang yang suka menolong orang lain. Gemarlah menolong orang lain, Allah pun berkenan menolong kita. Allah berfirman: “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S. al-Baqarah: 214).

Bagi orang Melayu, menolong sesama manusia adalah kewajiban. Mereka menolong dengan kesadaran bahwa orang lain adalah saudara, sahabat, atau kerabatnya. Adat bersaudara, adat bersahabat atau adat berkerabat mewajibkan orang Melayu untuk berbuat kebajikan secara ikhlas dan mengorbankan apa saja secara suka rela tanpa mengharap imbalan. Kata orang-orang tua Melayu, orang yang memiliki keikhlasan menolong orang lain, setiap pekerjaannya akan diridhoi oleh Allah SWT. Dengan sifat ikhlas dan rela berkorban untuk menolong orang lain, rasa kesetikawanan akan semakin tinggi, mengakar dan membuahkan persaudaraan sejati.

Sikap ikhlas dan rela berkorban ini, banyak digambarkan dalam beberapa untaian ungkapan orang Melayu sebagai berikut:

apa tanda Melayu sejati,
tulus ikhlas di dalam hati

apa tanda Melayu sejati,
rela berkorban sampai mati

apa tanda orang Melayu sejati,
menolong orang dengan berputih hati
membantu dengan merendah diri

wahai ananda permata bunda,
tulus dan ikhlas terhadap saudara
berkorban engkau karena lillah
supaya hidupmu diberkahi Allah

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 01.24   0 comments

12a.jpg

Bahan-bahan :
600 g tepung terigu protein sedang / cap kunci
400 g mentega
300 g gula halus
50 g tepung maizena
60 ml susu kental manis coklat
100 g coklat bubuk
2 butir kuning telur
½ sdt soda kue

Isi:
250 g kacang mete / tanah cincang

Cara Membuat :
1. Kocok mentega, susu kental manis, kuning telur dan gula halus menggunakan mixer hingga lembut (2 menit).
2. Di tempat terpisah, campur dan ayak tepung terigu, tepung maizena, cokelat bubuk dan soda kue.
3. Masukkan campuran tepung terigu ke dalam kocokan mentega, aduk menggunakan sendok kayu / spatula plastik hingga tercampur rata. Tambahkan kacang mete / tanah cincang, aduk hingga terbentuk adonan yang menyatu.
4. Ambil satu sendok adonan, dan letakan di atas loyang beroles margarin. Tekan-tekan permukaanya menggunakan punggung garpu.
5. Panggang adonan di dalam oven bertemperatur 150 C selama 30 menit atau hingga kue matang. Angkat. Dinginkan.
6. Kemas kue dalam stoples kedap udara atau kantung plastik. Kue siap dipasarkan.

Untuk ± 1750 g

Catatan :
Agar harga kue lebih murah, ganti mentega dengan margarin, kacang mete diganti kacang tanah dan separuh bubuk coklat bisa diganti dengan 1 sdt pasta coklat atau 3 tetes pewarna coklat tua.

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 01.23   0 comments

Koleksi Lenny Agustin di EcoChic 2008

Bagaimana menggunakan pakaian yang disesuaikan dengan tubuh dan kesempatan? Cobalah beberapa tips di bawah ini.

Casual Weekend

Jika Anda memiliki pinggul besar, sebaiknya menghindari bentuk rok berpotongan ketat. Seperti pencil skirt sebagai pengganti rok lebar merupakan solusi sempurna.

Untuk atasan, pilihlah yang panjangnya menutupi bagian pinggul sehingga menyamarkan bentuk tulang pinggulnya yang besar.

Kemudian sempurnakan penampilan dengan sandal wedges, tinggi, serta tas besar.

Dengan gaya ini, kita maka dapat menjalani kegiatannya tanpa merasa terhambat dan pastinya terlihat santai namun cantik.

Girls Night Out

Berkumpul bersama teman adalah kesempatan paling ditunggu setelah bekerja sepanjang pekan. Anda dapat tampil gaya sekaligus nyaman dengan terusan mini yang berbahan kaos yang dipadukan dengan skinny jeans serta sandal mule yang cantik.

Tambahkan dengan ikat pinggang agar terlihat sempurna. Namun jika Anda memiliki pinggul besar, pilihlah ikat pinggang yang tipis dan balutkan di pinggul. Bukan di pinggang. Ini berguna untuk menyamarkan bagian bawah tubuh Anda berpinggul besar.

Casual Party

Gaya busana tumpuk mulai digemari sejak dikibarkan oleh Marc Jacobs pada koleksinya dua musim lalu. Kunci gaya ini adalah pintar dalam menumpuk.

Jangan terlalu banyak dan jangan terlalu bermain dengan motif dan warna kecuali Anda tahu caranya. Kenakan terusan berpotongan lurus yang menyamarkan bentuk tubuh dalam warna abu-abu dan dalaman warna hitam.

Anda tampil casual sekaligus rapi sehingga dapat dikenakan ke segala acara nonformal. Lengkapi penampilan dengan aksesori pendukung. Seperti kalung, bebatuan, dan tas clutch.

Red & Bright

Terusan kaos merah dapat menyamarkan bentuk pinggul besar. Potongan lehernya yang rendahpun mengalihkan pandangan mata dari bagian tubuh.

Bereksperimenlah dengan warna untuk tas kecilnya. Kemudian sempurnakan penampilan lewat anting emas kalung tiga tumpuk dan sepatu tanpa hak.

Va Va Room

Terusan mini tangan panjang berbahan brokat plus tali pinggang berbentuk pita membuat tubuh Anda tetap terlihat langsing.

Pilihlah alas kaki yang simpel. Hindari tali yang melingkari pergelangan kaki karena akan membuat kaki terlihat pendek.

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 01.19   0 comments

Death and memorial

Artemisia Prepares to Drink the Ashes of her Husband, Mausolus (c. 1630), attributed to Furini

In 353 BC Mausolus died, leaving Artemisia broken-hearted. It was the custom in Caria for rulers to be siblings; such incestuous marriages kept the power and the wealth in the family. As a tribute to him, she decided to build him the most splendid tomb, a structure so famous that Mausolus's name is now the eponym for all stately tombs, in the word mausoleum. The construction was also so beautiful and unique it became one of the Seven Wonders of the Ancient World.

Soon after construction of the tomb started, Artemisia found herself in a crisis. Rhodes, a Greek island at the Aegean Sea, had been conquered by her and Mausolus. When the Rhodians heard about her husband's death, they rebelled and sent a fleet of ships to capture the city of Halicarnassus. Knowing that the Rhodian fleet was on the way, Artemisia hid her own ships at a secret location at the east end of the city's harbor. After troops from the Rhodian fleet disembarked to attack, Artemisia's fleet made a surprise raid, captured the Rhodian fleet and towed it out to sea. Artemisia put her own soldiers on the invading ships and sailed them back to Rhodes. Fooled into thinking that the returning ships were their own victorious navy, the Rhodians failed to put up a defense and the city was easily captured, quelling the rebellion.

Artemisia lived for only two years after the death of her husband. The urns with their ashes were placed in the yet unfinished tomb. As a form of sacrifice ritual the bodies of a large number of dead animals were placed on the stairs leading to the tomb, then the stairs were filled with stones and rubble, sealing the access. According to the historian Pliny the Elder, the craftsmen decided to stay and finish the work after the death of their patron "considering that it was at once a memorial of his own fame and of the sculptor's art."

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 01.17   0 comments

Medieval and modern times

The Mausoleum overlooked the city of Halicarnassus for many years. It was untouched when the city fell to Alexander III of Macedon in 334 BC and still undamaged after attacks by pirates in 62 and 58 BC. It stood above the city's ruins for sixteen centuries. Then a series of earthquakes shattered the columns and sent the bronze chariot crashing to the ground. By 1404 AD only the very base of the Mausoleum was still recognizable.

Fanciful interpretation of the Mausoleum, from a 1572 engraving by Marten Heemskerk

In the early fifteenth century, the Knights of St John of Malta invaded the region and built a massive castle called Bodrum Castle. When they decided to fortify it in 1494, they used the stones of the Mausoleum. In 1522 rumors of a Turkish invasion caused the Crusaders to strengthen the castle at Halicarnassus (which was by then known as Bodrum) and much of the remaining portions of the tomb were broken up and used in the castle walls. Sections of polished marble from the tomb can still be seen there today.

At this time a party of knights entered the base of the monument and discovered the room containing a great coffin. In many histories of the Mausoleum one can find the following story of what happened: The party, deciding it was too late to open it that day, returned the next morning to find the tomb, and any treasure it may have contained, plundered. The bodies of Mausolus and Artemisia were missing too. The Knights claimed that Muslim villagers were responsible for the theft. Today, on the walls of the small museum building next to the site of the Mausoleum we find a different story. Research done by archeologists in the 1960s shows that long before the knights came, grave robbers had dug a tunnel under the grave chamber, stealing its contents. Also the museum states that it is most likely that Mausolus and Artemisia were cremated, so only an urn with their ashes were placed in the grave chamber. This explains why no bodies were found.

Before grinding and burning much of the remaining sculpture of the Mausoleum into lime for plaster, the Knights removed several of the best works and mounted them in the Bodrum castle. There they stayed for three centuries.

The design of the Shrine of Remembrance in Melbourne was inspired by that of the Mausoleum

In the 19th century a British consul obtained several of the statues from the castle, which now reside in the British Museum. In 1852 the British Museum sent the archaeologist Charles Thomas Newton to search for more remains of the Mausoleum. He had a difficult job. He didn't know the exact location of the tomb, and the cost of buying up all the small parcels of land in the area to look for it would have been astronomical. Instead Newton studied the accounts of ancient writers like Pliny to obtain the approximate size and location of the memorial, then bought a plot of land in the most likely location. Digging down, Newton explored the surrounding area through tunnels he dug under the surrounding plots. He was able to locate some walls, a staircase, and finally three of the corners of the foundation. With this knowledge, Newton was able to determine which plots of land he needed to buy.

Newton then excavated the site and found sections of the reliefs that decorated the wall of the building and portions of the stepped roof. Also discovered was a broken stone chariot wheel some two metres (7 ft) in diameter, which came from the sculpture on the Mausoleum's roof. Finally, he found the statues of Mausolus and Artemisia that had stood at the pinnacle of the building. From 1966 to 1977, the Mausoleum was thoroughly researched by Prof. Kristian Jeppesen of Aarhus University, Denmark. He has produced a six-volume work on the Mausoleum called "The Maussolleion at Halikarnassos".

The beauty of the Mausoleum was not only in the structure itself, but in the decorations and statues that adorned the outside at different levels on the podium and the roof: statues of people, lions, horses, and other animals in varying scales. The four Greek sculptors who carved the statues: Bryaxis, Leochares, Scopas and Timotheus were each responsible for one side. Because the statues were of people and animals, the Mausoleum holds a special place in history, as it was not dedicated to the gods of Ancient Greece.

The Masonic House of the Temple of the Scottish Rite, Washington, DC, John Russell Pope, architect, 1911-15, is a more scholarly version

Nowadays, the massive castle of the Knights of Malta still stands in Bodrum, and the polished stone and marble blocks of the Mausoleum can be spotted built into the walls of the structure. At the site of the Mausoleum itself, only the foundation remains, together with a small museum. Some of the surviving sculptures at the British Museum include fragment of statues and many slabs of the frieze showing the battle between the Greeks and the Amazons. There the images of Mausolus and his queen forever watch over the few broken remains of the beautiful tomb she built for him.

Modern buildings based upon the Mausoleum of Maussollos include Grant's Tomb in New York City; Los Angeles City Hall; the Shrine of Remembrance in Melbourne, Australia; the spire of St. George's Church, Bloomsbury in London; the Indiana War Memorial (and in turn Chase Tower) in Indianapolis;[4] and the Ancient Accepted Scottish Rite Southern Jurisdiction's headquarters, the House of the Temple in Washington D.C., the Civil Courts Building in St. Louis.

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 01.12   0 comments
Sabtu, 07 Februari 2009
ALICE IN WONDERLANDPRODUCTION CELS
Lewis Carroll's famous story of Alice and her adventures after falling down a rabbit hole. Following a white rabbit, she meets such strange creatures as a talking doorknob, who helps her through a keyhole into Wonderland; Tweedledum and Tweedledee, who tell the story of "The Walrus and the Carpenter"; the Caterpillar; and the Mad Hatter and the March Hare, who celebrate an unbirthday at their tea party. Finally Alice has a showdown with the Queen of Hearts and her army of playing cards. The whole thing becomes such a nightmare that Alice awakens from her dream to the recitations of her sister and the purring of her cat, Dinah.
This animated feature had been on Walt's mind since 1933, when he considered a live-action version starring Mary Pickford. He shelved the project after Paramount made a version, but later had artist David Hall, a Hollywood artist and designer, create some concepts for an all-animated film. World War II intervened, and it was not until the late 1940s that work began again in earnest. One of Walt's big problems with this film was that here he was dealing with a highly regarded classic, and what was charming and appropriately bizarre in book form seemed oddly out of place on the motion picture screen. Walt's feeling, expressed in later years, was that "Alice" had no "heart."
The film was rediscovered by the psychedelic generation when it was made available on 16mm for schools, and it was rereleased in theaters in 1974 and 1981. Released on video in 1981 and 1986 and kept in release.
Premiered in England and released in the U.S. two days later. Directed by Clyde Geronimi, Hamilton Luske, and Wilfred Jackson. Animators: Eric Larson, Les Clark, Milt Kahl, Oliver Johnston Jr., Marc Davis, Ken O'Brien, Don Luske, Hal Ambro, and Harvey Toombs. Starring: the voices of Kathryn Beaumont (Alice), Verna Felton (Queen of Hearts), Bill Thompson (White Rabbit), Ed Wynn (Mad Hatter), Jerry Colonna (March Hare), and Sterling Holloway (Cheshire Cat). Songs include "All in a Golden Afternoon" and "I'm Late," by Bob Hilliard and Sammy Fain, and "The Unbirthday Song," by Mack David, Al Hoffman, and Jerry Livingston. 75 min. Nominated for an Academy Award® for Best Scoring of a Musical Picture.
posted by Monica Deariz Abiyoza @ 01.16   0 comments
Jumat, 06 Februari 2009
HOLIDAY

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 00.21   0 comments
ME...

I'M BEUTY





I'M CUTE






I'M FUNNY

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 00.14   0 comments

Bahan-bahan
Sponge roll :
600 g telur utuh
250 g gula castor
280 g Terigu PITA MERAH
28 g Susu bubuk
120 g Butter cair
Tiramisu Filling :
250 g mascarpon cheese
250 g Whipped cream
100 g Icing Sugar
10 g gelatin powder
60 g kuning telur
Coffe Syrup :
200 cc Gula syrup
100 cc coffe essence ( coffe instant + air = 1 : 4 ) Cara Membuat
A. Sponge Roll 1. Kocok telur utuh dan gula casstor dengan mixer kecepatan tinggi hingga mengembang 2. Masukkan terigu, susu bubuk sambil diaduk kecepatan rendah 3. Masukkan mentega cair sambil diaduk rata 4. Masukkan dalam loyang 30 X 30 cm 5. Bakar dalam oven bersuhu 200 C selama 10 menit B. Tiramisu filling 1. Larutkan gelatin dengan air panas 2. Campurkan semua bahan dengan mixer kecepatan tinggi ~ Cara Membuat : 1. Satu buah sponge dibasahi dengan coffe syrup 2. Isi dengan Tiramisu filling 150 g dan ratakan 3. Gulung adonan tersebut 4. Tutupi adonan dengan whipped cream dan taburi dengan bubuk coklat] * untuk 7 potong

Label:

posted by Monica Deariz Abiyoza @ 00.06   0 comments
Kamis, 05 Februari 2009

I LOVE BEST
FRIENDS
posted by Monica Deariz Abiyoza @ 23.56   0 comments
 
EVERYBODY IS NOT PERFECT ,, LIKE ME B...U...T I CAN DO IT ,, ALL DO IT A...N...D I ALWAYS TRY ,TRY , AND TRY AGAIN
About Me

Name: Monica Deariz Abiyoza
Home: Jakarta, Jakarta, Indonesia
About Me: I am SMANPA student class X-12... I have many friends in here , and I have 2 Best Friend in here... I always happy
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.

Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Links
Template by

Blogger Templates

BLOGGER